Jumat, 21 Agustus 2009

BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMP

DASAR PEMIKIRAN
Sebagai program pengembangan diri, Bimbingan dan Konseling diharapkan mampu membantu siswa dalam mengatasi kesulitan-kesulitan dalam hidupnya, misalnya kesulitan dalam belajar, kesulitan dalam bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya, dan kesulitan dalam menentukan masa depannya.
Bidang garapan Bimbingan dan Konseling meliputi:
a. Bidang Bimbingan Pribadi adalah bidang bimbingan yang meliputi pemantapan keimanan, potensi diri, bakat, minat, pemahaman kelemahan diri, kemampuan pengambilan keputusan sehingga dapat merencanakan kehidupan yang sehat.
Bidang Bimbingan Sosial adalah bidang yang meliputi kemampuan berkomunikasi, berargumentasi, bertingkah laku sesuai dengan kebiasaan yang berlaku di rumah dan masyarakat.
Bidang Bimbingan Belajar adalah bidang bimbingan yang meliputi pemantapan sikap dan kebiasaan belajar yang efektif, penguasaan materi, program belajar di sekolah sesuai dengan kondisi psikis, sosial budaya yang ada dimasyarakatnya.
Bidang Bimbingan Karier adalah bidang bimbingan yang meliputi pemantapan pemahaman diri berkenaan dengan kecenderungan karier yang hendak dikembangkan dan dipilih.
Dengan keempat bidang garapan di atas diharapkan siswa memiliki pengetahuan yang luas tentang Bimbingan dan Konseling, sehingga nantinya dapat diterapkan untuk meraih apa yang diharapkan dan dicita-citakan.
TUJUAN
Tujuan yang ingin dicapai dalam program Bimbingan dan Konseling ini adalah:
1. Dapat meningkatkan Iman dan Taqwa kepada Allah SWT.
2. Dapat menggali potensi diri sesuai dengan bakat dan minatnya
3. Berani mengambil keputusan dengan segala resikonya
4. Mampu berkomunikasi dan berargumentasi dengan baik
5. Bertingkah laku sopan dan beradab.
6. Mempunyai kebiasaan belajar yang efektif
7. Mampu mewujudkan dan / meningkatkan karir sesuai dengan potensi dirinya.
SASARAN
Sasaran dalam program Bimbingan dan Konseling ini adalah seluruh siswa kelas IX SMP Negeri 2 Ciampel.

WAKTU KEGIATAN
Untuk bimbingan klasikal diadakan seminggu sekali selama 2 x 40 menit, dan untuk bimbingan individual diadakan setelah KBM selesai.
JENIS KEGIATAN
1. Bimbingan klasikal
2. Bimbingan Individual

Jumat, 31 Juli 2009

PEMBELAJARAN KECAKAPAN HIDUP

Bagaimana Merancang Pembelajaran untuk Mengembangkan Kecakapan Hidup?

Kecakapan hidup dapat diperoleh melalui belajar. Oleh karena itu, pembelajaran kontekstual berbagai matapelajaran di sekolah perlu dirancang secara khusus untuk memperkuat kecakapan hidup siswa.
Salah satu kategori kecakapan hidup yang perlu dikembangkan secara terus menerus agar menjadi kebiasaan siswa adalah kecakapan akademik. Kecakapan akademik ini sangat penting untuk membantu siswa memperoleh kecakapan analitis, sintesis, ilmiah, dan teknologi yang diperlukan untuk mencapai keberhasilan dalam lembaga pendidikan formal dan tempat kerja.
Selain itu, kecakapan personal dan sosial siswa dapat dikembangkan melalui pembelajaran kontekstual pula. Guru dapat menciptakan lingkungan belajar bagi siswa dengan menerapkan model-model pembelajaran yang memberi kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk berinteraksi dengan sesamanya secara aktif. Guru dapat menerapkan kegiatan pembelajaran kooperatif yang memungkinkan siswa untuk mengembangkan, membangun, dan berlatih menggunakan kecakapan personal dan sosial berulang-ulang. Cara memberikan pemebelajaran untuk mengembangkan kecakapan hidup antara lain:
Ø Memberikan Pertanyaan/Tugas yang Mendorong Siswa untuk Berbuat/Berpikir tingkat Tinggi
Sering kita mengamati guru yang mengajukan banyak pertanyaan dalam proses pembelajarannya di dalam kelas. Pertanyaan-pertanyaan tersebut terkadang sangat banyak sehingga terkesan bahwa guru itu sedang menguji siswanya. Namun, apabila dicermati, jenis-jenis pertanyaan yang dilontarkan hanya sebatas pertanyaan yang membutuhkan jawaban ‘ya’ atau ‘tidak’, atau pertanyaan yang membutuhkan hanya satu jawaban tertentu. Pertanyaan tersebut sama sekali tidak memberi kesempatan kepada siswa untuk berpikir kreatif, yaitu kurang menuntut siswa untuk mengemukakan gagasannya sendiri.

Jenis pertanyaan yang diajukan atau tugas yang diberikan oleh guru sangat berpengaruh terhadap perkembangan keterampilan berpikir siswa. Pertanyaan/tugas tersebut bukan hanya untuk memfokuskan siswa pada kegiatan, tetapi juga untuk menggali potensi belajar siswa. Pertanyaan atau tugas yang memicu siswa untuk berpikir analitis, evaluatif, dan kreatif dapat melatih siswa untuk menjadi pemikir yang kritis dan kreatif.



Kondisi di atas akan terjadi apabila guru cukup selektif dalam menggunakan jenis pertanyaan yang dapat meningkatkan keterampilan berpikir siswa. Pada tahun 1950, Benjamin S. Bloom memperkenalkan konsep tingkatan dalam berpikir. Tingkatan berpikir tersebut dapat dipakai guru dalam menyusun pertanyaan atau tugas yang akan diberikan kepada siswa. Berikut adalah tingkatan berpikir Bloom versi perbaikan.




Mengkreasi
Menghasilkan ide-ide baru, produk, atau cara memandang terhadap sesuatu.Kegiatan: mendisain, membangun, merencanakan, menemukan. Mengevaluasi
Menilai suatu keputusan atau tindakan.Kegiatan: memeriksa, membuat hipotesa, mengkritik, bereksperimen, memberi penilaian. Menganalisis
Mengolah informasi untuk memahami sesuatu dan mencari hubungan.Kegiatan: membandingkan, mengorganisasi, menata ulang, mengajukan pertanyaan, menemukan. Menerapkan
Menggunakan informasi dalam situasi lain.Kegiatan: menerapkan, melaksanakan, menggunakan, melakukan. Memahami
Menerangkan ide atau konsep.Kegiatan: menginterpretasi, merangkum, mengelompokkan, menerangkan.
Mengingat
Kegiatan: mengenali, membuat daftar, menggambarkan, menyebutkan.

Ø MEMBERIKAN PERTANYAAN/TUGAS YANG MENGANDUNG SOAL PEMECAHAN MASALAH
Pertanyaan/tugas tingkat tinggi dapat digunakan sebagai awalan untuk berlatih memecahkan masalah. Pertanyaan/tugas tingkat tinggi yang memenuhi kriteria sebagai masalah dijadikan titik tolak untuk mengikuti langkah-langkah pemecahan masalah.

Pemecahan masalah merupakan salah satu kecakapan akademik yang perlu dikembangkan secara terus menerus agar menjadi kebiasaan siswa. Pemecahan masalah ini sangat penting untuk membantu siswa memperoleh kecakapan analitis, sintesis, ilmiah, dan teknologi yang diperlukan untuk mencapai keberhasilan dalam lembaga pendidikan formal dan tempat kerja.
Contoh Soal Pemecahan Masalah Matematika

A. Pertanyaan/Tugas yang dipilih sebagai masalah

Selama empat hari kegiatan diskon, toko Ramah berhasil menjual TV dengan rincian sebagai berikut. Jumlah TV terjual pada hari kedua adalah dua kali lipat jumlah yang terjual pada hari pertama. Jumlah TV yang terjual pada hari ketiga adalah 21, dan pada hari terakhir terjual sebanyak 13 TV. Jika selama kegiatan diskon tersebut seluruhnya terjual sebanyak 109 TV, berapa banyak TV yang terjual pada hari pertama?

B. Analisis Masalah (Unsur-unsur penting masalah)

1. Yang diberikan dalam masalah di atas adalah:
a. Kegiatan diskon berlangsung selama 4 hari
b. Jumlah TV terjual 109 TV
c. Jumlah TV terjual di hari kedua adalah 2 kali jumlah TV terjual pada hari pertama
d. Jumlah TV terjual di hari ketiga adalah 21TV
e. Jumlah TV terjual di hari keempat adalah 13 TV
2. Yang ditanyakan dalam masalah di atas adalah:
a. Berapa banyak TV yang terjual pada hari pertama?

C. Strategi Pemecahan
Untuk memecahkan masalah ini beberapa strategi yang bisa digunakan misalnya:
1. Membuat tabel
2. Membuat ilustrasi/gambar
3. Bekerja Mundur
4. Menggunakan variabel
SEDIKIT PENJELASAN TENTANG STRATEGI




Strategi 3: Bekerja Mundur

SEMUA HARUS 109
109 = 13 + 21 + HARI KEDUA + HARI PERTAMA
109 = 13 + 21 + (HARI PERTAMA + HARI PERTAMA) + HARI PERTAMA


Strategi 4: Menggunakan Variabel

Misalkan jumlah TV yang terjual pada hari pertama adalah P
Maka jumlah TV yang terjual pada hari kedua adalah 2P
Total 109, maka 109 = 13 + 21 + 2P + P


Ø MENERAPKAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Pembelajaran kooperatif memberikan kesempatan pada siswa untuk saling berinteraksi. Siswa yang saling menjelaskan pengertian suatu konsep pada temannya sebenarnya sedang mengalami proses belajar yang sangat efektif yang bisa memberikan hasil belajar yang jauh lebih maksimal daripada kalau dia mendengarkan penjelasan guru.

Pembelajaran kooperatif memberikan kesempatan pada siswa untuk mengembangkan beberapa kecakapan hidup yang disebut sebagai kecakapan berko­munikasi dan kecakapan bekerja sama. Kecakapan ini memiliki peranan penting dalam kehidupan nyata.

Pembelajaran kooperatif juga dapat dipakai sebagai sarana untuk menanamkan sikap inklusif, yaitu sikap yang terbuka terhadap berbagai perbedaan yang ada pada diri sesama siswa di sekolah. Pengalaman bekerja sama dengan teman yang memiliki per­bedaan dari segi agama, suku, prestasi, jenis kelamin, dan lain-lain diharapkan bisa membuat siswa menghargai perbedaan tersebut.

Sayangnya, dalam pembelajaran sehari-hari pembelajaran kooperatif sering dipahami hanya sebagai duduk bersama dalam kelompok. Siswa duduk berkelompok tapi tidak saling berinteraksi untuk saling membelajarkan. Siswa dalam duduk berkelompok be­kerja sendiri-sendiri.

Penerapan pembelajaran kooperatif akan memberikan hasil yang efektif kalau mem­perhatikan dua prinsip inti berikut. Pertama adalah adanya saling ketergantungan yang positif. Semua anggota dalam kelompok saling bergantung kepada anggota yang lain dalam mencapai tujuan kelompok, misalnya menyelesaikan tugas dari guru. Prinsip yang kedua adalah adanya tanggung jawab pribadi (individual accountability). Di sini setiap anggota kelompok harus memiliki kontribusi aktif dalam bekerja sama. Karena itu penting bagi kita mempelajari beberapa bentuk pembelajaran kooperatif dan pene­rapan yang sebenarnya supaya kesalahpahaman tentang belajar kelompok/kooperatif dalam pembelajaran dapat dihindari.

Belajar kooperatif merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan pembelajaran yang ak­tif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Belajar kooperatif memberikan kesempatan pada siswa untuk saling berinteraksi. Siswa yang saling menjelaskan pengertian suatu konsep pada temannya sebenarnya sedang mengalami proses belajar yang sangat efektif yang bisa memberikan hasil belajar yang jauh lebih maksimal daripada kalau dia mendengarkan penjelasan guru.

Pembelajaran kooperatif juga bisa dipakai sebagai sarana untuk menanamkan sikap inklu­sif, yaitu sikap yang terbuka terhadap berbagai perbedaan yang ada pada diri sesama siswa di sekolah. Pengalaman bekerja sama dengan teman yang memiliki perbedaan dari segi agama, suku, prestasi, jenis kelamin, dan lain-lain diharapkan bisa membuat siswa menghargai perbedaan tersebut.

Selain itu pembelajaran kooperatif juga memberikan kesempatan pada siswa untuk men­gembangkan beberapa kecakapan hidup yang disebut sebagai kecakapan berkomunikasi dan kecakapan bekerja sama. Kecakapan ini memiliki peranan penting dalam kehidupan nyata.

Sayangnya, dalam pembelajaran sehari-hari pembelajaran kooperatif sering dipahami hanya sebagai duduk bersama dalam kelompok. Siswa duduk berkelompok tapi tidak sa­ling berinteraksi untuk saling membelajarkan. Siswa dalam duduk berkelompok bekerja sendiri-sendiri.

Penerapan pembelajaran kooperatif akan memberikan hasil yang efektif kalau memperha­tikan dua prinsip inti berikut. Yang pertama adalah adanya saling ketergantungan yang po­sitif. Semua anggota dalam kelompok saling bergantung kepada anggota yang lain dalam mencapai tujuan kelompok, misalnya: menyelesaikan tugas dari guru. Prinsip yang kedua adalah adanya tanggung jawab pribadi (individual accountability). Di sini setiap anggota kelompok harus memiliki kontribusi aktif dalam bekerja sama. Kalau ada anggota kelompok yang tidak berkontribusi maka tujuan kelompok tidak akan tercapai. Karena itu penting bagi kita mempelajari beberapa bentuk pembelajaran kooperatif dan penerapannya yang sebenar­nya supaya kesalahpahaman tentang belajar kelompok/kooperatif dalam pembelajaran da­pat dihindari.
Beberapa jenis pembelajaran kelompok/kooperatif

1. Jigsaw
Langkah-langkah:
a. Siswa dibagi dalam kelompok–kelompok. Tiap kelompok beranggotakan 4 s/d 5 orang. Sebaiknya kelompok terdiri atas siswa dengan beragam latar belakang, mi­salnya dari segi prestasi, jenis kelamin, suku, agama, status sosial dll. Kelompok ini disebut kelompok asal
b. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda. Misalnya, untuk topik sistem pencernaan, ada subtopik tentang mulut; lambung; usus halus; usus besar, poros, dan dubur dibagitugaskan pada tiap anggota dalam kelompok.
c. Setiap siswa yang mendapat subtopik mulut berkumpul bersama membentuk tim ahli mulut. Siswa lain yang mendapat subtopik lambung juga berkumpul bersama membentuk tim ahli lambung. Begitu seterusnya. Tim ahli membahas subtopik ma­sing-masing dan menjadi ahli dalam topik itu.
d. Setelah selesai berdiskusi dalam tim ahli, tiap anggota kembali ke kelompok asal masing-masing. Kemudian secara bergantian, tiap siswa yang telah menjadi ahli mengajar teman satu tim mereka tentang subtopik yang mereka kuasai.
e. Kelompok asal mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya, atau membuat rangkuman tentang, misalnya sistem pencernaan pada manusia. Guru bisa juga memberikan tes pada kelompok. Tapi pada saat mengerjakan tes siswa tidak boleh bekerja sama.


2. STAD (Student Teams Achievement Divisions)
Langkah-langkah:
a. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok. Tiap kelompok beranggotakan 4 s/d 5 orang. Sebaiknya kelompok terdiri atas siswa dengan beragam latar belakang, mi­salnya dari segi prestasi, jenis kelamin, suku, agama, dll
b. Guru membahas topik pembelajaran, misalnya: sistem pencernaan manusia.
c. Guru Guru memberi tugas kepada kelompok untuk mengerjakan latihan / membahas sua­tu topik lanjutan bersama-sama. Di sini anggota kelompok saling bekerja sama.
d. Guru memberi kuis/pertanyaan/tes kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu.
e. Hasil tes diskor. Skor tiap siswa ditentukan berdasarkan skor/perbaikan tiap anggo­ta kelompoknya.

3. Menulis Cerita Kelompok
a. Setiap anggota kelompok memilih sebuah topik yang menarik untuk membuat ceri­ta secara berkelompok, misalnya gempa bumi atau banjir di suatu daerah, bermain di sungai, pengalaman pertama berkemah, semua menteri pemerintah dikejutkan oleh penyakit serius yang misterius, dan lain-lain.
b. Setiap anggota kelompok menulis judul cerita yang mereka pilih serta tiga kalimat pertama untuk mengawali cerita.
c. Anggota kelompok memutar cerita mereka ke arah kiri mereka. Setiap anggota yang menerimanya harus melanjutkan cerita. Setiap anggota memiliki waktu dua menit untuk membaca dan menulis. Kertas diputar hingga beberapa kali putaran dan pada akhirnya setiap anggota mendapatkan kembali kertasnya.
d. Jika sudah selesai, kelompok berbagi cerita dan memilih salah satu cerita untuk dibacakan di kelompok. Kemudian, anggota-anggota kelompok menyunting cerita tersebut untuk meningkatkan kualitas cerita.
e. Alternatif lain: tiap anggota kemudian mengembangkan kalimat-kalimat yang sudah ada menjadi cerita yang runtut.

4. Menemukan yang Salah
Setiap siswa menuliskan tiga pernyataan yang terdiri atas dua pernyataan benar dan satu pernyataan salah. Di dalam kelompok seorang siswa membacakan pernyataannya dengan suara keras. Kelompok kemudian berdiskusi untuk menemukan pernyataan yang salah. Setelah itu siswa lain membacakan pernyataannya dan didiskusikan. Demi­kian seterusnya sampai semua siswa dalam kelompok mendapat giliran membacakan pernyataan yang telah ditulisnya.
Langkah-langkah:
a. Semua siswa menulis tiga pernyataan: 2 pernyataan benar dan 1 pernyataan sa­lah
b. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok
c. Satu orang siswa membaca pernyataan
d. Kelompok mendiskusikan pernyataan mana yang salah dan membetulkannya
e. Satu orang siswa membaca pernyataan lagi
f. Kelompok mendiskusikan pernyataan mana yang salah dan membetulkannya, dstnya.
. Di Dalam dan di Luar Lingkaran
Semua siswa berdiri membentuk dua lingkaran. Lingkaran yang kedua mengelilingi lingkaran yang pertama. Kedua lingkaran harus memiliki jumlah siswa yang sama sehingga siswa bisa saling berhadapan. Guru mengumumkan atau memberikan sebuah topik atau pertanyaan, dan siswa membahasnya dengan pasangan yang berada di depannya. Kemudian kedua lingkaran berotasi sehingga siswa terpasangkan dengan siswa lain untuk membahas topik atau pertanyaan berikutnya yang diberikan guru.

Langkah-langkah:
a. Siswa membentuk lingkaran
b. Siswa membahas topik / pertanyaan dari guru dengan pasangannya
c. Guru memberi aba-aba pada siswa untuk berotasi
d. Jika memungkinkan, kegiatan akan lebih lancar kalau dilaksanakan di luar kelas
e. Posisi yang dirotasi sebaiknya diragamkan, dan pergerakan rotasi kadang-kadang dibalikkan arahnya


6. Berpikir-Berpasangan-Berbagi dengan Kelas / B3K (Think-Pair-Share)
Pembelajaran kooperatif model B3K ini sangat populer karena mudah pengelolaan kelasnya.
a. Guru memberikan suatu permasalahan / pertanyaan pada kelas. Misalnya, guru bertanya,” Apa yang dimaksud dengan pemanasan global? Mengapa isu pemanasan global sedang ramai dibicarakan orang? Adakah tanda-tanda terjadinya pemanasan global di kota kita ini?”
b. Setiap siswa secara individual diminta untuk merenungkan kemungkinan jawabannya terlebih dahulu. Guru memberikan waktu yang cukup. Tahap ini disebut tahap Berpikir / Think.
c. Setelah siswa mencari / memikirkan jawaban atau tanggapan sendiri-sendiri, guru kemudian meminta siswa secara berpasangan mendiskusikan jawaban mereka. Pada kesempatan ini mereka bisa saling bertukar pikiran dan argumentasi tentang permasalahan yang disampaikan oleh guru. Tahap ini tahap berdiskusi berpasangan / in pairs
d. Setelah diskusi berpasangan dirasakan cukup, guru mengundang tiap siswa / pasangan siswa untuk berbagi jawaban atau komentar secara pleno kelas terhadap permasalahan yang diajukan guru. Tahap ini disebut berbagi / share.


7. Berpikir-Berpasangan-Berempat/B3 (Think-Pair-Square)
Jenis pembelajaran kooperatif ini juga praktis pengelolaannya. Siswa tidak perlu berpindah dari tempat duduknya.

Tahapan pembelajaran kooperatif model B3 ini sama dengan tahapan B3K di atas kecuali pada langkah d. Untuk B3 langkah d diubah menjadi berdiskusi atau bertukar pendapat dan argumentasi dengan empat orang. Dengan demikian siswa berpikir/bekerja individual, kemudian berpasangan, setelah itu berempat.


8. Anggota Bernomer Bekerja Bersama / AB3 (Numbered-Heads together)
a. Bentuklah kelompok-kelompok siswa yang terdiri atas empat anak.
b. Setiap anggota kelompok mendapat nomor 1, 2, 3, dan 4.
c. Guru (atau siswa atau kelompok) memberikan pertanyaan berdasarkan teks yang dibaca. Misalnya: Bagaimanakah proses terjadinya efek umpan balik dalam pemanasan global? Guru juga bisa memberikan bentuk tugas yang lain.
d. Semua siswa dalam kelompok masing-masing bekerja sama mencari dan membahas jawaban / pemecahan atas pertanyaan/masalah yang diberikan. Kelompok memastikan bahwa setiap anggota menguasai jawaban/ jalan keluar atas masalah yang diberikan.
e. Setelah diskusi di dalam kelompok di rasa cukup, guru memanggil siswa dengan nomor-nomor tertentu untuk menjawab atau melaporkan. Misalnya, jika guru memanggil nomor 4, itu berarti bahwa semua siswa bernomor 1 harus siap untuk terpilih memaparkan jawaban atas permasalahan yang diberikan guru.
f. Guru meneruskan proses pembelajaran dengan memanggil nomor-nomor yang lain.



9. Bertukar Pasangan
Karakteristik bertukar pasangan pada pembelajaran kooperatif ini adalah jumlah anggota kelompoknya dua orang.
Langkah-langkah:
a. Siswa dibagi dalam tim (kelompok) yang saling berpasangan.
b. Setiap pasangan diberi tugas dan mengerjakannya.
c. Setelah selesai, setiap pasangan bertukar dengan pasangan lainnya.
d. Pasangan baru berdiskusi saling menanyakan dan mengukuhkan jawabannyae. Temuan baru yang didapat dari pertukaran pasangan disampaikan kepada pasangan semula.

PSIKOLOGI ORANG DEWASA

Masa dewasa yang akan saya publikasikan adalah laki-laki dewasa usia 35 th-45 th. Di usia itulah seorang laki-laki seharusnya sudah mendapatkan kemapanan dalam hidupnya. Misalnya sudah berkeluarga, sudah mempunyai pekerjaan tetap, dll. Apabila seorang laki-laki belum mendapatkan itu semua maka perlu berintrospeksi, dan berusaha sekuat tenaga untuk mendapatkannya.
Namun di usia itulah seorang laki-laki akan mendapatkan banyak sekali godaan dan tantangan dalam hidupnya. Cobaan itu antara lain: 1. Kesempatan untuk menyelewengkan kepercayaan dari tempat kerja (korupsi). 2. Banyak godaan dari kaum hawa yang ingin mendapatkan cintanya.
Apabila seorang laki-laki di usia tersebut tidak dapat mengendalikan diri maka tunggulah suatu saat karir anda akan hancur, rumah tangga yang anda bina juga akan berantakan, dan harga diri anda akan jatuh pada titik paling rendah.

Sabtu, 16 Mei 2009

MGMP INOVASI PENDIDIKAN

BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia disebutkan arti dari profesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasi keahlian tertentu. Profesionalisme diartikan sebagai mutu, kualitas, dan tindak tanduk yang merupakan ciri suatu profesi atau orang yang professional.
Pendidikan keahlian ini dapat saja diikuti seseorang secara formal dalam lembaga persekolahan, atau dapat juga dipelajari secara otodidak (belajar sendiri) yang pencapaiannya berupa kinerja yang dapat diakui oleh masyarakat professional.
Profesionalisme ditandai dengan adanya standar atau jaminan mutu seseorang dalam melakukan suatu upaya professional. Jaminan mutu ini dapat saja dalam kalangan terbatas dilingkungan profesi atau dapat juga dalam lingkungan yang luas oleh masyarakat umum membuat penilaian terhadap kinerjanya.
Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi (UU RI No. 14 tahun 2005).
Dedi Supriadi mengutip dari Jurnal Manajemen Pendidikan Educational Leadership edisi Maret 1993 tentang 5 (lima) hal yang dituntut untuk dimiliki guru agar menjadi professional adalah:
1. Guru mempunyai komitmen pada siswa dan proses belajar. Ini berarti bahwa komitmen tertinggi guru adalah pada kepentingan siswanya.
2. Guru menguasai secara mendalam bahan mata pelajaran yang diajarkan serta cara mengajarkannya kepada para siswa.
3. Guru bertanggung jawab memantau hasil belajar siswa melalui berbagai teknik evaluasi , mulai cara pengamatan perilaku siswa sampai tes hasil belajar.
4. Guru mampu berfikir sistematis tentang apa yang dilakukannya, dan belajar dari pengalamannya. Artinya harus selalu ada waktu untuk guru guna mengadakan refleksi dan koreksi terhadap apa yang telah dilakukannya. Untuk bisa belajar dari pengalaman ia harus tahu mana yang benar dan mana yang salah, serta baik dan buruk dampaknya pada proses belajar siswa.
5. Guru seyogyanya merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam lingkungan profesinya.
Kedudukan sebagai tenaga professional bertujuan untuk melaksanakan sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidkan nasional yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 tahun 2005, disebutkan bahwa prinsip profesionalitas dari profesi guru merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan:
1. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa dan idealism.
2. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketaqwaan, dan akhlak mulia.
3. Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas.
4. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas.
5. Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan.
6. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja.
7. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat.
8. Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.
9. Memeiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.
Profesionalisme guru dituntut agar terus berkembang sesuai dengan perkembangan kebutuhan terhadap sumber daya manusia yang berkualitas dan memiliki kapasitas untuk mampu bersaing baik di forum regional, nasional, maupun internasional.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merasa perlu untuk meneliti tentang : Manfaat Forum Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Matematika Terhadap Profesionalisme Guru.



B. Manfaat Forum MGMP
Manfaat yang diharapkan adalah sebagai berikut:
a. Manfaat Teoritis (Bagi Pengembangan Keilmuan)
Ø dapat menjadi bahan kajian dan pengembangan keilmuan administrasi pendidikan.
Ø dapat memberikan stimulus terhadap manfaat forum MGMP terhadap profesionalisme guru.
b. Manfaat Praktis (Bagi Pemimpin Pendidikan, Peneliti, dan Guru)
Ø menjadi masukan bagi pemimpin pendidikan dalam hal bagaimana meningkatkan profesionalisme guru melalui forum MGMP.
Ø menjadi masukan bagi pemimpin pendidikan dalam hal bagaimana upaya-upaya yang memungkinkan dilakukan dalam meningkatkan profesionalisme guru yang berorientasi pada peningkatan mutu pendidikan.
Ø menjadi masukan bagi peneliti di bidang pendidikan dalam hal bagaimana meningkatkan profesionalisme guru.
Ø menjadi masukan bagi guru dalam hal bagaimana meningkatkan profesionalismenya.











BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Muyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)
1. Pengertian
Perubahan paradigma pendidikan di era globalisasi ini mengharuskan adanya perubahan pola pikir bagi guru. Guru harus mengantisipasi dan mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan yang berorientasi pada pembelajaran dari teaching menjadi learning, akreditasi guru, dan kultur kelas.
Perubahan pola pikir bagi guru dalam mengelola kelas dan melaksanakan proses pembelajaran guru dituntut untuk lebih kreatif dan inovatif dalam melakukan perubahan-perubahan dalam rangka meningkatkan mutu layanan pendidikan khususnya layanan proses pembelajaran. Tuntutan ini merupakan implikasi dari perubahan reorientasi pembelajaran yang dilakukan oleh guru mata pelajaran.
Musyawarah Guru Mata Pelajaran yang selanjutnya disingkat MGMP merupakan merupakan suatu wadah asosiasi atau perkumpulan bagi guru mata pelajaran yang berada di suatu sanggar, kabupaten/kota yang berfungsi sebagai sarana untuk saling berkomunikasi, belajar, dan bertukar pikiran dan pengalaman dalam rangka meningkatkan kinerja guru sebagai praktisi/pelaku perubahan reorientasi pembelajaran di kelas.
Organisasi ini bersifat mandiri dan terbuka bagi semua guru mata pelajaran baik yang berstatus pegawai negeri sipil, guru tidak tetap, dan guru pada sekolah swasta yang berada dilingkungan sanggar atau wilayah kabupaten/kota.
2. Dasar Kebijakan
· Undang-Undang Dasar 1945
· Undang-Undang nomor 22 tahun 1999 tentang pemerintah daerah.
· Peraturan Pemerintah nomor 25 tahun 2000 tentang kewenangan Pemerintah dan kewenangan propinsi sebagai daerah otonom.
· Undang-Undang nomor nomor 25 tahun 2000 tentang Propenas.
· Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
3. Tujuan MGMP
· Tujuan Umum: mengembangkan kreatifitas dan inovasi dalam meningkatkan profesionalisme guru.
· Tujuan Khusus: 1) memperluas wawasan dan pengetahuan guru mata pelajaran dalam upaya mewujudkan pembelajaran yang efektif dan efisien. 2) mengembangkan kultur kelas yang kondusif sebagai tempat proses pembelajaran yang menyenangkan, mengasyikkan dan mencerdaskan siswa. 3) membangun kerja sama dengan masyarakat sebagai mitra guru dalam melaksanakan proses pembelajaran.


4. Ruang Lingkup MGMP
· Kedudukan
Secara umum MGMP berkedudukan di kabupaten/kota, namun dapat disesuaikan dengan kondisi daerah masing-masing.
· Keanggotaan
Keanggotaan MGMP meliputi semua guru mata pelajaran.
· Kepengurusan
Pengurus MGMP sekurang-kurangnya terdiri dari: Ketua, Sekretaris, dan Bendahara.
5. Prinsip Kerja MGMP
· Merupakan organisasi yang mandiri.
· Dinamika organisasi yang dinamis berlangsung secara alamiah sesuai dengan kondisi dan kebutuhan.
· Mempunyai visi dan misi dalam upaya mengembangkan pelayanan pendidikan khususnya proses pembelajaran yang efektif dan efisien.
· Kreatif dan inovatif dalam mengembangkan ide-ide pembelajaran yang efektif dan efisien.
· Memiliki anggaran dasar dan anggaran rumah tangga (AD/ART) sekurang-kurangnya memuat: 1)Nama dan Tempat, 2) Dasar, Tujuan, dan Kegiatan, 3) Keanggotaan dan kepengurusan, 4) Hak dan kewajiban anggota dan pengurus, 5) Pendanaan, 6) Mekanisme kerja, 7) Perubahan AD/ART, serta perubahan organisasi.
6. Peran MGMP
· Mengakomodasi aspirasi dari, oleh, dan untuk anggota.
· Mengakomodasi aspirasi masyarakat/stakeholder dan siswa.
· Melaksanakan perubahan yang lebih kreatif dan inovatif dalam proses pembelajaran.
· Mitra kerja dinas pendidikan dalam menyebarkan informasi kebijakan pendidikan.
7. Kolaborasi MGMP
MGMP dapat bekerja sama (kolaborasi) dengan instansi terkait antara lain:
· Perguruan Tinggi.
· Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP).
· Dinas Pendidikan.
· Organisasi Profesi.
· Dunia usaha atau dunia industri (DUDI).
· Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).
8. Kegiatan MGMP
Kegiatan-kegiatan MGMP antara lain:
· Meningkatkan pemahaman kurikulum tingkat satuan pendidikan.
· Mengembangkan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran.
· Mengembangkan sistem penilaian.
· Mengembangkan program remedial dan pengayaan.
· Meningkatkan pemahaman tentang pendidikan berbasis luas (Broad Based Education) dan pendidikan berorientasi kecakapan hidup (life skill).
· Mengembangkan pembelajaran aktif, inovatif,kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAIKEM).
· Mengembangkan dan melaksanakan analisis sarana pembelajaran.
· Mengembangkan dan melaksanakan pembuatan alat pembelajaran sederhana.
· Mengembangkan dan melaksanakan program pembelajaran berbasis computer atau Teknologi Informasi dan Komunikasi.
· Mengembangkan media dalam melaksanakan proses belajar mengajar.
9. Pembiayaan MGMP
Dana pelaksanaan kegiatan MGMP bersumber dari:
· Iuran pengembangan profesi guru yang diprogramkan melalui RAPBS.
· APBN/APBD.
· Donatur atau sumbangan yang tidak mengikat.

B. Pengurus MGMP
Pengurus adalah pemimpin dalam suatu organisasi. Secara umum definisi kepemimpinan dapat dirumuskan sebagai berikut, kepemimpinan berarti kemampuan dan kesiapan yang dimiliki seseorang untuk mempengaruhi, mendorong, mengajak, menuntun, menggerakkan, mengarahkan, dan kalau perlu memaksa orang atau kelompok agar menerima pengaruh tersebut dan selanjutnya berbuat sesuatu yang dapat membantu tercapainya tujuan tertentu.
Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang pengertian kepemimpinan akan dikemukakan beberapa definisi kepemimpinan menurut beberapa ahli, yakni:
Ø Kepemimpinan adalah proses pengaruh kegiatan-kegiatan kelompok yang diorganisir menuju kepada penentuan dan pencapaian tujuan (Ralp M. Stogdill)
Ø Kepemimpinan merupakan motor atau daya penggerak dari semua sumber-sumber, plat yang tersedia bagi suatu organisasi (Sondang P. Siagian).
Ø Kepemimpinan dalam organisasi berarti penggunaan kekuasaan dan pembuatan keputusan-keputusan (Robert Dubin).
Ø Kepemimpinan adalah individu di dalam kelompok yang memberikan tugas pengarahan pengorganisasian yang relevan dengan kegiatan-kegiatan kelompok (Fred E. Fiedler).
Dari definisi-definisi tersebut diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kepemimpinan itu adalah suatu kualitas kegiatan-kegiatan kerja dan interaksi di dalam suatu kelompok. Kepemimpinan merupakan sumbangan dari seseorang di dalam situasi-situasi kerja sama. Kepemimpinan dan kelompok adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Tak ada kelompok tanpa adanya kepemimpinan, dan sebaliknya kepemimpinan hanya ada dalam situasi intern kelompok.
Kepengurusan di forum MGMP tingkat kabupaten Karawang terdiri dari 1 orang ketua, 1 orang sekretaris, 1 orang bendahara, dan 6 orang koordinator komisariat. Sudah disebutkan diatas bahwa pada dasarnya pengurus adalah pemimpin, maka fungsi utamanya adalah:
Ø Membantu terciptanya suasana persaudaraan, kerja sama dengan penuh rasa kebersamaan.
Ø Membantu kelompok untuk mengorganisir diri, yaitu ikut serta dalam memberikan rangsangan dan bantuan kepada kelompok dalam menetapkan dan menjelaskan tujuan.
Ø Membantu kelompok dalam menetapkan prosedur kerja, yaitu membantu kelompok dalam menganalisis situasi untuk kemudian menetapkan prosedur mana yang paling praktis dan efektif.
Ø Bertanggung jawab dalam mengambil keputusan bersama dengan kelompok.
Ø Bertanggung jawab dalam mengembangkan dan mempertahankan eksistensi organisasi.
Pengurus forum MGMP yang ideal harus memenuhi:
Ø Kualifikasi akademik. Berkaitan dengan persyaratan formal pendidik, atau memiliki kualifikasi akademik minimal D-IV atau S1 yang harus dicapai dalam kurun kurun waktu 15 tahun (pasal 94 butir c Permendiknas No. 19 Th 2005).
Ø Kompetensi kepribadian, yaitu kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik.
Ø Kompetensi profesional, yaitu penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam.
Ø Kompetensi sosial, yaitu kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesame guru, orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar.
C. Produktifitas Forum MGMP
Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran matematika, termasuk didalamnya pengelolaan penilaian hasil belajar, diperlukan sinergi yang baik antar guru se mata pelajaran. Pengelolaan pembelajaran pada satu mata pelajaran dari kelas 1 sampai kelas 6 di tingkat SD, kelas 7 sampai kelas 9 di tingkat SMP, dan kelas 10 sampai kelas 12 di SMA diharapkan berkesinambungan sehingga kelemahan siswa dari waktu ke waktu dapat terdeteksi dan diatsi dengan baik, sementar kelebihannya dapat dioptimalkan agar potensinya tidak mubazir. Oleh karena itu perlu kerja sama dan sinergi antar guru se mata pelajaran.
Mengingat bahan yang dipelajari siswa pada mata pelajaran matematika mempunyai karakteristik saling terkait dengan susunan terstruktur hirarkis, maka kerja sama antar guru se mata pelajaran sangat penting pengaruhnya dalam pencapaian hasil belajar siswa. Kerja sama dan sinergi dilakukan sejak dari perencanaan kegiatan pembelajaran tidak hanya pada pelaksanaan pembelajaran.
Kerja sama dan sinergi yang dapat dilakukan pada forum MGMP supaya produktif adalah:
1. Bermusyawarah dalam pembuatan perangkat pembelajaran termasuk pembuatan silabus sebelum awal tahun pelajaran/awal semester agar indikator yang dibuat tepat dan sesuai kondisi peseta didik dan program penilaian serta rancangan penilaian yang dibuat cermat dan mampu memandu pada pembuatan RPP.
2. Bermusyawarah dalam usaha meningkatkan kualitas guru dengan diadakannya pendalaman materi pelajaran dengan mengundang pakar pendidikan.
3. Mengembangkan proses pembelajaran berbasis Komputer atau Teknologi Informasi dan Komunikasi.
4. Mengembangkan pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.

BAB III
PENUTUP

Pengurus forum MGMP adalah guru yang dipilih secara demokratis untuk memimpin organisasi karena memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan harus aktif menggerakkan roda organisasi dengan cara mengajak guru-guru Matematika untuk berperan aktif di forum tersebut.
Produktifitas forum MGMP adalah guru-guru yang aktif terlibat dalam forum MGMP untuk melakukan kegiatan-kegiatan demi tercapainya kualitas pendidikan yang diharapkan. Keterlibatan guru-guru Matematika harus dengan kesadaran untuk meningkatkan potensi diri dan mengembangkan pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan zaman.
Profesionalisme Guru yang dimaksud adalah guru-guru matematika yang aktif di forum MGMP dan bersikap professional, yaitu antara lain siap perangkat pembelajaran, mengembangkan pembelajaran berbasis komputer atau TIK, mempunyai etos kerja tinggi, dan mengembangkan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai.

PEMANFAATAN ICT

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tantangan hidup dalam dunia yang semakin mengglobal amatlah berat. Tanpa persiapan yang dirancang secara matang, kita akan semakin ketinggalan dan senantiasa menjadi penonton diberbagai kesempatan, selalu menjadi obyek dan sulit untuk menjadi subyek. Tuntutan untuk mampu berpartisipasi aktif dalam berbagai event dalam dunia modern menjadi kian berat, dan hamper semua kegiatan yang dihadapi menuntut kemampuan yang prima disertai dengan mutu yang tinggi dan kompetitif.
Dunia pendidikan tak luput pula dari dampak perkembangan global.Oleh karena itu perlu dicermati betul bagaimana kualitas yang sudah dicapai dan bagaimana mengejar ketertinggalan, agar bangsa kita sejajar dengan bangsa lain.
Untuk membenahi dunia pendidikan, factor sumber daya manusia merupakan salah satu focus utama yang perlu didiskusikan, karena sumber daya manusia kita termasuk rendah. Rendahnya kualitas SDM kita bisa dilihat dari peringkat yang dikeluarkan Human Development Index (HDI) dari UNDP, yang menyatakan bahwa kita hanya menempati peringkat ke-110. Bandingkan dengan peringkat Negara Asia lainnya: Vietnam (109), Cina (96), Filipina (77), Malaysia (59), Brunei Darussalam (32), Singapura (25), dan Jepang (9).
Dilain pihak, pada dasawarsa sekarang ini pengembangan kualitas SDM melalui pendidikan, yang dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, dipacu secara pesat oleh adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Perkembangan IPTEK telah mendorong terciptanya kemudahan-kemudahan dalam mengakses informasi, dan memperkecil waktu yang diperlukan untuk memperoleh informasi tersebut.
Tingginya kompetensi yang ada dalam kurikulum sekolah, jelas tidak akan dapat diatasi dengan hanya mengimpikasikan metode-metode atau pendekatan- pendekatan konvensional. Untuk mencapai kemampuan kompetensi matematis perlu adanya upaya pemilihan materi-materi matematika dengan berdasarkan struktur keilmuan, tingkat kedalaman materi, karakteristik materi, dan aplikasinya. Pendekatan yang diterapkan harus mampu mengoptimalkan motivasi belajar siswa, membuat siswa terlatih belajar secara mandiri, mengefektifkan proses belajar siswa, dan mampu mengimbangi pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

B. Information Communication and Technology (ICT)
ICT adalah suatu teknologi yang digunakan untuk memproses, mengolah, menyimpan, mempresentasikan, dan memindahkan data atau informasi dalam bentuk elektronik. Informasi yang didapatkan relevan, akurat, dan tepat dalam rangka pengambilan keputusan. Selanjutnya teknologi ini menggunakan seperangkat computer untuk mengolah data, system jaringan, dan untuk menghubungkan satu computer dengan computer lain.
Penggunaan software komputer untuk kegiatan pembelajaran sangat tidak terbatas (Fey dan Heid, 1984:21), dan potensi teknologi computer sebagai media dalam pembelajaran matematika begitu besar(Fletcher,1983:1). Komputer memberi kontribusi nyata bagi kemajuan dunia pendidikan karena kecanggihan dan ketepatannya.

Salah satu solusi yang dipandang tepat untuk mewujudkan tujuan pendidikan adalah penerapan Information Communication and Technology (ICT) sebagai media pembelajaran Matematika, yang memberi kesempatan pada siswa belajar secara mandiri melalui bahan ajar yang deprogram secara interaktif.


BAB II
PEMANFAATAN INFORMATION COMMUNICATION AND TECHNOLOGY (ICT)
DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

A. Pembelajaran Berbasis ICT
Beberapa penelitian memperlihatkan bahwa dibandingkan dengan pembelajaran konvensional , pembelajaran interaktif dengan media computer memiliki beberapa keuntungan, misalnya penggunaan komputer yang tepat akan mampu meningkatkan kemampuan siswa, kecepatan siswa dalam menguasai konsep yang dipelajari, dan retensi (daya ingat) yang lebih lama.
Komputer merupakan salah satu media audio visual yang mampu mengemas bahan ajar dalam sebuah rangkaian animasi gambar atau suara sehingga membuat kesan menarik bagi siswa. Seperti yang dinyatakan oleh Kusumah (2004:3), bahwa komputer dapat memberikan pelayanan secara repetitif, menampilkan sajian dalam format dan desain yang menarik, animasi gambar dan suara yang baik, serta melayani perbedaan individual.
Pembelajaran berbasis komputer adalah salah satu strategi atau bentuk pembelajaran dengan menggunakan media komputer untuk menyampaikan seluruh atau sebagian dari isi kandungan mata pelajaran. Pembelajaran berbasis komputer ini diperlihatkan dalam suatu tampilan yang menjadikan aktivitas pembelajaran menjadi lebih menarik dan berkesan. Pembelajaran ini akan memberikan nuansa baru yang mampu membangkitkan motivasi dan kreativitas siswa sehingga menuntut siswa terlibat aktif dan partisipatif dalam proses pembelajarannya.
B. Pemanfaatan ICT dalam Pembelajaran Matematika
Penggunaan ICT dalam pembelajaran matematika dapat memberikan keleluasaan kepada siswa untuk menentukan kecepatan belajar dan memilih urutan kegiatan belajar sesuai dengan kebutuhannya masing-masing. Komputer dapat menampilkan kembali secara berulang sajian informasi yang diperlukan oleh pemakainya. Kemampuan komputer seperti ini sangat membantu siswa yang lambat dalam belajar. Dengan kata lain, komputer dapat menciptakan iklim belajar yang efektif bagi siswa yang lambat, tetapi juga dapat memacu efektivitas belajar bagi siswa yang lebih cepat.
Pembelajaran matematika dengan menggunakan media komputer merupakan potensi yang harus dikembangkan untuk mencapai tujuan pembelajaran secara optimal. Akan tetapi sampai saat ini penggunaan komputer sebagai media pembelajaran matematika masih dipandang sebagai suatu hal yang baru yang sulit untuk dikembangkan. Hal ini disebabkan kurangnya SDM (guru) yang mampu mengembangkan pembelajaran matematika berbasis ICT.
Komputer sebagai media pembelajaran, tidak sekedar berfungsi sebagai pembawa suasana dalam nuansa yang baru, namun juga berperan secara positif dalam menumbuhkembangkan bakat dan minat siswa terhadap matematika. Suasana baru ini, yang terintegrasi dalam pembelajaran alternatif, mampu menimbulkan daya tarik tersendiri pada siswa sehingga mereka akan termotivasi dalam mengikuti pembelajaran, meskipun materi yang dihadapinya termasuk sulit.






BAB III
PENUTUP

Pemanfaatn ICT sebagai media pembelajaran sangat diperlukan dalam berbagai bidang studi, tidak terbatas pada pembelajaran matematika. Dengan desain software yang baik dapat menghadirkan presentasi secara berulang dan dinamis, karakteristik yang tidak dijumpai dalam media lainnya.
Bagi guru pemanfaatan ICT dalam pembelajaran sudah seharusnya menjadi kebutuhan, sebab penggunaan ICT sangat tidak terbatas manfaatnya. Contohnya dalam satu materi pelajaran dapat ditayangkan secara berulang-ulang artinya seorang guru lebih diuntungkan dalam segi tenaga dan waktu. Kegunaan bagi siswa antara lain menjadikan pembelajaran tidak membosankan, mudah dimengerti dan dipahami.
Tidak semua guru dapat menggambar dengan baik, maka dari itu penguasaan guru terhadap ICT perlu dilakukan. Sebab dengan gambar dan animasi yang menarik dapat memotivasi siswa untuk tekun dan giat belajar.
Dengan pemanfaatan ICT dalam pembelajaran matematika khususnya mencari luas bangun datar apabila ditayangkan dalam power point dengan animasi yang menarik, diharapkan pemahaman siswa terhadap luas bangun datar akan meningkat yang pada gilirannya prestasi belajar siswa akan tinggi.

Sabtu, 25 April 2009

BIODATA

Nama : BUDI SUTRISNO
TTL : Yogyakarta, 22-02-1972
Alamat : Perum Pesona Blok C6 No. 3 Rengasdengklok-Karawang
Agama : Islam
Istri : 1. Elah Romlah
2. Umiyati
Anak : 1. Abdullah Muhammad Irsyad
2. Elmiyati Puspitaningrum
3. Aldesri Kalang Bangi
4. Abdullah Trisnadi Ningrat